Popok Jadi Pupuk

Lamongan (beritajatim.com) – Warga Desa Klagensrampat, Kecamatan Maduran, Kabupaten Lamongan punya cara kreatif untuk menangani persoalan sampah. Mereka mengubah limbah popok bayi sekali pakai menjadi pupuk organik dan bahan pot bunga.

Kepala Desa Klagensrampat, Suliono mengungkapkan, popok bayi itu didapatkan warga dari limbah yang kerap dibuang dan mencemari aliran sungai Bengawan Solo. Menurutnya, daur ulang limbah popok bayi jadi pupuk ini merupakan salah satu inovasi yang digaungkan di desanya.

“Ide daur ulang ini berawal dari banyaknya sampah popok bayi sekali pakai yang kerap kami jumpai dan mencemari lingkungan, seperti di aliran Bengawan Solo,” ujar Suliono kepada beritajatim.com, Sabtu (11/2/2023).

Selain sebagai bentuk penanganan terhadap pencemaran sampah, Suliono menjelaskan, daur ulang popok bayi ini juga merupakan bentuk ikhtiyar warga untuk menjadikan sesuatu yang tak guna menjadi bermanfaat dan bernilai guna tinggi.

Mengenai teknik daur ulang limbah popok menjadi pupuk organik ini, tutur Suliono, didapatkan dari berbagai referensi atau sumber. Ia bersyukur, daur ulang ini mampu menjadi solusi untuk mengurangi sampah popok bayi yang sulit didaur ulang dan kerap mencemari lingkungan.

popok jadi pupuk lamongan
popok jadi pupuk lamongan

“Dari berbagai literatur yang ada, kami kemudian menelurkan gagasan untuk merubah popok bayi ini menjadi pupuk organik cair dan fungisida,” tandasnya.

Diterangkan Suliono, pupuk organik cair dan fungisida yang dihasilkan dari limbah popok bayi itu sangat baik bagi pertumbuhan tanaman. Pasalnya, popok bayi atau pamper bekas memiliki kandungan zat anti jamur dan klorofil dari air urine bayi.

Bahan atau kandungan dari popok, sambung Suliono, kemudian diolah dan diberi sejumlah bahan tambahan agar bisa menjadi pupuk. “Bahan campuran pamper bekas yang kami pakai untuk pupuk organik cair ini di antaranya adalah buah nanas, cairan tetes tebu dan lainnya,” imbuhnya.

Lebih lanjut, kata Suliono, proses pembuatan pupuk cair organik dari limbah popok ini tergolong mudah. Proses itu dimulai dengan memisahkan jeli dan kain yang ada pada pamper bekas. Setelah dipisahkan, jeli dari popok itu lalu dicampur dengan bahan-bahan lainnya yang sudah disiapkan sebelumnya untuk difermentasi selama beberapa hari.

“Jeli yang ada dalam popok dipisahkan dari kain. Kemudian jeli tersebut difermentasi selama tujuh hari dengan campuran bahan lainnya yang sudah disiapkan,” bebernya.

Sedangkan untuk kain perekat yanh dipisahkan dari pamper, tambah Suliono, tidak begitu saja dibuang. Melainkan dapat diolah kembali dan dimanfaatkan menjadi bahan campuran untuk membuat pot bunga.

Popok Jadi Pupuk
Popok Jadi Pupuk

“Tidak cuma kain pamper, tapi jeli atau urinenya itu semua bisa dimanfaatkan. Setelah semua proses selesai dilakukan, maka pupuk cair dari bahan dasar pamper bekas itu siap digunakan untuk memupuk tanaman,” katanya.

Suliono berharap, proses daur ulang sampah atau limbah menjadi barang bernilai guna ini bisa terus dikembangkan oleh masyarakat di desanya. Dengan begitu, persoalan sampah pun bisa teratasi dan mampu membuka peluang pekerjaan yang lebih luas lagi.

Suliono juga menceritakan, untuk sementara warga di desanya baru memanfaatkan limbah popok bayi yang ada di sekitar Kecamatan Maduran saja. Nantinya, ia menyebut, tak menutup kemungkinan untuk memanfaatkan sampah atau limbah dari kawasan lain di luar Maduran.

“Di sini tak hanya sampah popok bayi saja yang diolah kembali, tapi juga memanfaatkan plastik sampah untuk dijadikan pavingblock. Semoga bisa terus istiqamah dan dikembangkan lagi agar nilai kemanfaatan yang dihasilkan juga bisa lebih besar,” tutupnya. [riq/beq]