Agung Sedayu Group Hadirkan Wisata Nuansa Keberagaman Dunia

Sidoarjo (beritajatim.com) – Ingin berjelajah ke 9 negara tanpa harus mengeluarkan ongkos yang mahal atau naik pesawat, kalian semua cukup berkunjung ke Pantai Indah Kapuk (PIK) 2 Jakarta.

Kok bisa? Karena di atas kawasan seluas 54 hektar tersebut, pengembang Agung Sedayu Group (ASG) membangun wisata yang properti dan sarana lainnya, menyatukan keberagaman budaya dari Indonesia sampai dunia, dalam satu lokasi.

Keberagaman bangunan tempat, budaya dan lainnya di Ecopark PIK2 itu menunjukkan pentingnya dalam kehidupan manusia yang beragam, berlatarbelakang beda, untuk bisa saling mengenal, menghormati dan menghargai satu sama lainnya.

Akses jalan menuju kawasan wisata beragam ini juga sangat mudah. Bisa menggunakan jembatan Riverwalk Island menuju PIK 2, atau menggunakan langsung jalan tol PIK 2. Wisatawan bisa berkeliling ke berbagai zona desti wisata belahan dunia itu disiapkan armada water taxi (taksi air).

Keindahan dan kenyamanan lingkungan untuk kehidupan itu terungkap dalam pemaparan pengembang ASG dalam Ecopark PIK 2, di acara webinar dan lomba penulisan untuk wartawan bertajuk “Merayakan Keberagaman di Ecopark PIK 2”.

Director DP Architects Singapore, selaku Design Consultant, Rida Sobana, mengatakan, konsep dasar dari Ecopark itu adalah mencoba menggabungkan 2 peran yaitu sustainability, fungsi dasar sebagai penyediaan ruang terbuka hijau yang asri, menjadi paru-paru kota PIK2, fungsi penampungan air hujan dan pengendalian banjir, serta menjamin terciptanya ekosistem lingkungan yang sehat.

“Peran kedua adalah place making/public space dimana fungsi lainnya adalah menciptakan ruang hijau yang aktif dan menjadi destinasi favorit komunitas dan warga di sekitar. Sehingga menjadi bagian yang integrated dari tata ruang kota di PIK2,” ucap Rida dalam paparannya di webinar yang diikuti wartawan beritajatim.com ini dari wilayah Sidoarjo, Selasa (14/2/2023).

Maket zona halal yang akan di bangun Masjid Agung PIK2 (istimewa)

Secara prinsip, tambah Rida, dari luasan kawasan Ecopark PIK2 yang sangat luas, maka dibagi atas 3 bagian, yakni Barat, Tengah, dan Timur. Untuk Barat bertemakan air, Tengah konsep taman , dan Timur bernuansa alam. Menariknya kawasan tersebut, pada tepi danau di dalam Ecopark PIK2 akan dibangun rumah-rumah ibadah dengan desain yang yang ikonik.

Sebut Rida, salah satu rumah ibadah di sini yaitu Masjid Agung PIK2, yang menjadi pusat dari Halal District PIK2 seluas 4,5 Ha. Di kanan dan kiri masjid akan hadir pusat kuliner dan wisata halal seperti Haji Lane di Singapura, serta pasar tradisional yang dikelola secara modern seperti Geylang Serai Singapura.

Selain masjid, juga direncanakan untuk dibangun gereja katolik, vihara dan kuil. Selain fasilitas ibadah, rencananya juga disiapkan sekolah, rumah sakit, dan area bermain anak terbesar yang semuanya didesain menyatu dengan alam.

“Kawasan Ecopark PIK2 mewakili keragaman kultur budaya dunia, termasuk di antaranya zona halal yang terinspirasi dari pusat-pusat kebudayaan Islam di dunia. Seperti Kerajaan Mataram dari Nusantara dan Xinjiang dari Tiongkok, zona Gereja Katolik dan Goa Maria, zona kuil Thailand yang dilengkapi Patung Budha 4 wajah, zona Kuil India Shiva Mandhir, zona Kuil Tiongkok, zona Kuil Korea, zona kuil Jepang dan zona Kuil Vietnam,” rinci Rida menjelaskan.

Zona 8 Kuil Tiongkok (istimewa)

Harun Mahbub pembicara lainnya dalam Webinar tersebut mengapresiasi kawasan kota mandiri yang dirancang oleh Agung Sedayu Group melalui sentuhan design consultant berkelas tersebut.

Harun bercerita sepanjang karier jurnalistiknya banyak mendapatkan kisah-kisah menarik seputar akulturasi budaya, dan diakuinya Indonesia sebagai negara yang memiliki nilai persatuan yang kokoh, justru karena kebhinekaannya.

“Di Semarang misalnya, kita mengenal lumpia sebagai kudapan yang tercipta dari akulturasi budaya Tiongkok dan Jawa. Saat berkunjung ke Singkawang, misalnya, saya bisa melihat ada klenteng, gereja dan masjid yang berada di satu lokasi. Karena itu saya sangat mengapresiasi inisiatif ASG dalam merancang Ecopark PIK2. Akan lebih baik lagi jika juga disebarluaskan ke wilayah lain,” kata penulis buku ‘2 Jam Bisa Jadi Wartawan’ itu.

Harun menilai, lomba penulisan mengenai Ecopark di PIK2 yang merangkum berbagai keberagaman, mulai dari keberagaman budaya, religi hingga lini bisnis, termasuk mengayomi UMKM ini, sebagai langkah positif yang dapat membantu mengedukasi masyarakat luas tentang betapa pentingnya merawat kebhinekaan dalam kehidupan sehari-hari.

Zona 2 Gereja Katolik dan Gua Maria (istimewa)

“Mari manfaatkan kesempatan ini bagi rekan-rekan wartawan untuk menghasilkan karya tulisan yang positif. Mari menyelaraskan narasi-narasi positif untuk merawat keseragaman sehingga bisa menjadi pondasi Indonesia, rumah bersama,” imbuh pria yang juga redaktur pelaksana KLY Group itu.

Dalam kesempatan sebelumnya, dalam memandu webinar, Ivon Novita dari ASG menjelaskan maksud dan tujuan dari acara ini adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya memupuk semangat kebhinekaan dan pelestarian budaya Indonesia.

“Agung Sedayu Group berkomitmen mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan menghadirkan kawasan yang berkualitas dan sekaligus dapat mengapresiasi keberagaman budaya Indonesia dan dunia di satu lokasi, Ecopark PIK2.

Ivon Novita menguraikan, Ecopark PIK 2 sebagai kawasan kota mandiri hingga kini tetap konsisten mengoptimalkan fungsi ekologisnya dan juga mengupayakan efisiensi pemanfaatan sumberdaya alamnya melalui desain dan tata ruang lansekap di kawasan seluas 2.650 hektar itu. “Ecopark PIK2 kini mengembangkan kawasan seluas 54 hektar itu dirancang sebagai kawasan multireligi dan multikultural di tepi danau seluas kurang lebih 23 hektar,” ulasnya. [isa/but]