Surabaya (beritajatim.com) – Mitos Kota Saranjana memang kerap menjadi sorotan dan perbincangan bahkan sebelum kembali viral belakangan ini. Secara administratif, Saranjana berada di Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. Namun kota ini disebut sebagai kota gaib lantaran letak persisnya yang tidak diketahui.
Selain itu, dipercaya bahwa Kota Saranjana ini berisikan makhluk – makhluk tak kasat mata. Terlebih dengan beberapa cerita – cerita ghaib yang beredar di kalangan masyarakat, tidak hanya di Kalimantan namun juga hampir di seluruh Indonesia. Meski begitu, pembuktian secara ilmiah mengenai kota ini memang belum ada.
Lebih lengkapnya, berikut ini adalah sejarah dan beberapa mitos mengenai Kota Saranjana.
· Sejarah
Saranjana dalam catatan sejarah pernah dianalisis oleh Mansyur dari Universitas Lambung Mangkurat, hingga menghasilkan jurnal berjudul Saranjana in Historical Record: The City’s Invisibility in Pulau Laut, South Kalimantan.
Dalam jurnal tersebut ia mengatakan bahwa Saranjana adalah pemukiman bagi Suku Dayak, yakni Dayak Samihim yang tinggal di wilayah timur laut Kalimantan Selatan. Berbentuk sebuah kerajaan, mereka dikenal dengan Nan Sarunai yang dirusak pasukan Jawa, yang dipanggil dari Marajampahit atau Majapahit.
Disebutkan pula bahwa Kerajaan Saranjana telah lahir sebelum 1660-an dengan kepala suku Sambu Ranjana. Pada awalnya semua kepala suku menganut kepercayaan animisme, hingga perkembangan yang menerpa membuat Sambu Ranjana mulai mendapat pengaruh Hindu lama.
· Keberadaan Saranjana dalam peta zaman Hindia Belanda
Lokasi Saranjana ini tertulis pada peta bertajuk “Kaart van de Kust-en Binnenlanden van Banjermasing behoorende tot de Reize in het zuidelijke gedelte van Borneo” atau berarti peta wilayah pesisir dan pedalaman Borneo yang digambarkan oleh Salomon Muller, seorang naturalis berkebangsaan Jerman.
Dalam peta 1845 silam ini, terdapat sebuah wilayah bernama Tandjong (hoek) Serandjana, dan terletak di sebelah selatan Pulau Laut yang berbatasan dengan wilayah Poeloe Krompoetan dan Poeloe Kidjang.
Memang masih belum bisa dipastikan apakah Salomon Muller pernah mengunjungi Saranjana secara langsung, namun ia tercatat telah mendapatkan pelatihan dari Museum Leiden dan kala itu ia sedang melakukan perjalanan penelitian tentang dunia binatang dan tumbuhan di Indonesia.
Peta ini pernah dimuat dalam seri pertama Reizen en onderzoekingen in den Indischen Archipel yang diterbitkan oleh Staatsbibliothek zu Berlin.
· Mitos
Ada beberapa mitos dan kisah misterius tentang Kota Saranjana yang tersebar di masyarakat. Konon katanya, terlihat gedung – gedung tinggi dari kota ini, namun saat didekati yang ada hanyalah gunung yang berbatasan dengan laut.
Banyak orang percaya bahwa Kota Saranjana merupakan kota yang maju dan modern. Orang – orang yang mengaku pernah masuk ke kota ini mengungkapkan Kota Saranjana memiliki jalan raya yang lebar, gedung dan perumahan yang mewah dihiasi pagar – pagar tinggi.
Terlebih dengan penduduknya yang disebutkan merupakan makhluk ghaib, secara fisik mereka menyerupai manusia hanya saja terlihat sangat cantik dan gagah. Mereka pun memiliki sifat yang amat ramah.
Dengan sistem kerajaan, mayoritas penduduk Saranjana adalah Islam dan mereka mengunakan Bahasa Banjar untuk sehari – hari. Manusia yang masuk dalam kota itu digadang – gadang tidak akan kembali ke dunia nyata lantaran merasa takjub dan betah.
· Kisah Misterius
Kisah – kisah misterius Kota Saranjana telah melegenda, salah satunya yang paling terkenal adalah kisah tentang alat – alat berat yang taka da pemiliknya.
Disebutkan pada 1980-an, pemerintah setempat dikagetkan dengan kedatangan sejumlah alat berat yang dipesan dari Jakarta. Alat – alat tersebut bernilai sangat mahal dan tercatat dipesan oleh seseorang dengan alamat Kota Saranjana, bahkan semuanya telah dibayar secara lunas.
Hal serupa kembali terjadi ketika ada mobil – mobil mewah yang dipesan dari Surabaya untuk dikirimkan ke Kota Saranjana. Padahal nyatanya, Kota Saranjana tidak tercatat secara administrative di Kabupaten Kotabaru.
Ada juga yang mengatakan di sekitar Gunung Saranjana seirng terdengar suara – suara di malam hari, entah itu alunan musik, atau kendaraan berlalu lalang seperti kota pada umumnya.
Begitu pula kisah lain tentang kapal feri yang mengangkut penumpang dari Tanjung Serdang Kotabaru. Ketika kapal tersebut merapat ke Pelabuhan Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu, kapal tersebut mendadak sepi. Mereka pun disebut sebagai orang – orang dari Kota Saranjana.
Kisah-kisah seperti ini memang tidak bisa dibuktikan benar atau tidaknya bahkan terasa tidak masuk akal, namun tak bisa dipungkiri bahwa di sekitar kita akan selalu ada hal – hal yang ghaib. (mnd/ian)