bi bali

Badung, baliilu.com – Pertumbuhan ekonomi Bali tahun 2023 diperkirakan berada pada batas atas range 4,5-5,3%, lebih tinggi dibandingkan realisasi tahun 2022 sebesar 4,84%. Menguatnya pertumbuhan ekonomi terutama didorong oleh berlanjutnya pemulihan pariwisata, penyelenggaraan event nasional dan internasional, dukungan pembiayaan, perluasan digitalisasi, dan pembangunan proyek infrastruktur.

Demikian diungkapkan oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho saat menggelar Obrolan Santai Bank Indonesia Bareng Media (OSBIM), pada Kamis, 27 April 2023 di Rumah Makan Jazeerah Jalan Raya Sunset Road Kuta, Badung. Turut hadir mendampingi Trisno Nugroho Deputi Kepala Perwakilan BI Bali Gusti Agung Diah Utari, dan dua ekonom BI Bali serta dihadiri puluhan wartawan media cetak, elektronik dan online.

‘‘Optimisme pertumbuhan ekonomi Bali tahun 2023 menguat berdasarkan dari berlanjutnya pemulihan ekonomi terutama bersumber dari terjaganya konsumsi rumah tangga seiring peningkatan daya beli masyarakat di tengah pemulihan aktivitas pariwisata, kemudian kenaikan yang signifikan pada investasi dan konsumsi pemerintah sejalan dengan berlanjutnya beberapa proyek pembangunan pemerintah dan swasta, serta realisasi belanja akhir tahun,‘‘ ujar Trisno Nugroho.

bi bali
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Trisno Nugroho didampingi Diah Utari saat memberikan keterangan pers. (Foto: gs)

Trisno menyontohkan dari sisi konsumsi rumah tangga mencapai 53,25% tumbuh positif seiring meningkatkan optimisme atas kondisi ekonomi dan indeks penghasilan masyarakat di tengah bertambahnya lapangan kerja. Investasi tumbuh 29,20% meningkat seiring dengan berlanjutnya proyek pembangunan pemerintah dan swasta, ekspor mencapai 29,49 persen tumbuh tinggi namun deselerasi akibat melandainya kinerja ekspor jasa seiring dengan telah berakhirnya momentum libur musim panas Eropa-USA, impor 3,87 % tumbiuh tinggi melambat seiring dengan base effect telah tingginya permintaan barang modal serta moderasi permintaan akibat tingginya harga komoditas global. Dan konsumsi pemerintah 14,04% tumbuh seiring dengan realisasi belanja akhir tahun serta penerapan kebijakaan fiskal ekspantif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Dikatakan, pertumbuhan ekonomi Bali ditopang oleh peningkatan aktivitas pariwisata terutama didorong oleh dampak penyelenggaraan KTT G20 Presidensi Indonesia, pelaksanaan berbagai acara strategis, libur akhir tahun, dan penambahan jumlah penerbangan langsung maskapai internasional ke Bali. Trisno menyebut pertumbuhan akomodasi tercatat 18,72 %, dimana tingkat hunian hotel dan penjualan restoran tumbuh tinggi sejalan dengan acara internasional, periode Natal dan Tahun Baru, dan liburan sekolah akhir tahun. Di sektor pertanian tercatat 13,88 %, sektor konstruksi 10,31 %, sektor perdagangan 9,17 %, dan di sektor transportasi 8,86 % dimana pertumbuhan meningkat sejalan dengan peningkatan penerbangan langsung maskapai internasional sepanjang kuartal IV-2022.

Trisno mengungkapkan struktur ekonomi Bali telah berubah sebagai akibat dari pandemi Covid-19. Berdasarkan nilai PDRB, ekonomi Bali masih perlu tumbuh sekitar 3,24% untuk kembali ke level normal sebelum pandemi. Meskipun demikian pertumbuhan ekonomi Bali yang kuat diperkirakan berlanjut pada 2023, akan bias ke atas dalam kisaran 4,5-5,3%.

Lebih jauh Trisno Nugroho menyampaikan Bank Indonesia tetap memperkirakan pertumbuhan ekonomi global tahun 2023 dapat mencapai 2,6%. Perkembangan ini didorong dampak positif pembukaan ekonomi Tiongkok pascapandemi Covid-19. Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat juga diperkirakan lebih baik dipengaruhi kinerja ekonomi yang kuat pada triwulan I 2023. Kegiatan dunia usaha secara global juga menunjukkan perbaikan hingga pada Maret 2023 mencapai level tertinggi selama 10 bulan terakhir.

Namun perbaikan ekonomi global di tengah keketatan pasar tenaga kerja di AS dan Eropa mengakibatkan prospek penurunan inflasi global berjalan lambat dan mendorong berlanjutnya pengetatan kebijakan moneter di negara maju. Sementara itu, respons bank sentral AS dan Eropa memitigasi risiko kasus perbankan di AS dan Eropa berdampak pada berkurangnya ketidakpastian pasar keuangan global. Selain itu, penurunan harga komoditas global juga mendorong berkurangnya tekanan inflasi.

‘’Pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat didorong oleh peningkatan permintaan domestik dan positifnya kinerja ekspor. Konsumsi swasta diperkirakan semakin kuat seiring dengan terus naiknya mobilitas, membaiknya keyakinan konsumen, dan meningkatnya daya beli seiring dengan penurunan inflasi. Selain itu, kegiatan investasi tetap berlanjut, terutama investasi nonbangunan. Kinerja sektor industri pengolahan, perdagangan, serta informasi dan komunikasi diperkirakan tumbuh kuat. Kinerja ekspor tetap positif. Hingga Maret 2023, ekspor nonmigas Indonesia tumbuh tinggi, didukung antara lain oleh ekspor batu bara, mesin listrik, dan kendaraan bermotor. (gs/bi)