APPBI Targetkan Transaksi Hingga Rp 15 Triliun

Surabaya (beritajatim.com) – Usai lebaran, Pengelola Pusat Perbelanjaan tak mengendorkan target penjualan mereka. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menggelar berbagai festival belanja.

Targetnya lewat program fetival belanja seperti Pasar Malem Tjap Toendjoengan yang dihelat bersama BRI menargetkan animo belanja naik hingga 20 persen.

Ketua DPD Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Jatim, Sutandi Purnomosidi mengatakan, industri retail mall di Indonesia sudah memastikan bahwa pertumbuhan belanja masyarakat sudah stabil. Hal tersebut sudah terlihat dari jumlah pengunjung selama lebaran.

’’Setelah kami survei, rata-rata pertumbuhan pengunjung mencapai 15-20 persen dibandingkan 2019,’’ jelasnya dalam pembukaan BRI Surabaya Shopping Festival di Pakuwon City Mall kemarin (1/5/2023).

Hal tersebut membuat mereka kembal yakin untuk menggelar kembali festival belanja seperti SSF. Perhelatan festival yang bakal berjalan selama satu bulan ini tersebut diyakini bisa mendulang pendapatan bahkan lebih dari masa pra pandemi.

Dia menjelaskan, perhelatan SSF sebelum pandemi bisa meraup total transaksi sebanyak Rp 12,8 triliun. Namun, tahun ini pihaknya menargetkan bisa menoreh rekor transaksi sekitar Rp 15 triliun.

’’Kalau melihat perkembangan kinerja mall beberapa bulan terakhir, kami yakin target tersebut bisa terpenuhi,’’ jelasnya.

Pada kesempatan yang sama, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengapresiasi gelaran SSF yang digelar ke-16 kali. Menurutnya, upaya tersebut merupakan pendorong ekonomi lokal yang harus didukung sepenuhnya. Menurutnya, semua stakeholder perlu mengambil peran untuk terus mendukung agar ekonomi bisa tumbuh.

CEO BRI Regional Office Surabaya Setiyarta mengatakan, daya belanja masyarakat yang sudah stabil tahun ini merupakan hasil dari upaya berbagai pihak selama masa pandemi. Pihaknya pun sudah mencegah ekonomi mandek selama wabah Covid-19 dengan menyalurkan KUR.

’’Selama dua tahun pandemi, BRI telah menyalurkan KUR senilai Rp 150 triliun,’’ paparnya.

Dengan kondisi ekonomi saat ini, pihaknya ingin fokus untuk tetap menguatkan peran UMKM dalam ekonomi. Salah satu upayanya adalah dengan mendorong literasi pengusaha kecil dalam transformasi menuju digitalisasi.

Dia mengatakan, dorongan terhadap cashless society bakal membuat pelaku UMKM lebih mudah melakukan pengoperasian. Apalagi, pengusaha tak perlu susah mencatat pemasukan dan pengeluaran.

“Ini merupakan tugas wajib kami mengingat 83 persen dari portofolio kami adalah UMKM. Padahal, pemerintah hanya meminta UMKM hanya 20 persen saja,” tandasnya. [rea]